Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah
Berdirinya daulah abbasiyah di awali dengan dua strategi, yaitu: satu dengan sistem mencari pendukung dan penyebaran ide secarah rahasia.
hal ini sudah ada sejak akhir abad pertama hijriah yang bermarkas di syam dan tempatnya di Al Hamimah, sistem ini berakhir dengan bergabungnya Abu muslim al-khurasani pada jum’iyah yang sepakat atas terbentuk Daulah Abbasiyah.
Sedangkan strategi kedua dilanjutkan dengan terang-terangan dan himbauan-himbauan di forum-forum resmi untuk mendirikan Daulah Abbasiyah berlanjut dengan peperangan Daulah Umayah.
Dari dua strategi yang diterapkan oleh Muhammad bin Al-Abasy dan kawan-kawannya sejak akhir abad pertama sampai 132 H akhirnya membuahkan hasil dengan berdirinya Daulah Abbasiyah.
Berbagi teknis diterapkan oleh pengikut Muhammad Al-‘Abbasy, seperti sambil berdagang dan melaksanakan haji di balik itu terprogram bahwa mereka menyebarkan ide dan mencari pedukung terbentuknya Daulah.Pendirian Daulah tidak semudah membalik telapak tangan dan tidak semudah meminum air, tetapi memerlukan tenaga dan usaha-usaha yang sampai mengorbankan nyawa dalam jumlah yang idak sedikit.
Dan ini bisa terlihat peperangan Daulah umayah dan pendukung berdirinya Daulah Abbasiyah seperti peristiwa 11 jumad Al-Akhirah 132 H dalam waktu itu terbunuh 300 orang dari Daullah umayah dan termasuk Ibrahim bin Al-Walid bin abdil malik saudara dari yazid.
Seperti dikatakan: terbunuhnya Marwan bin Muhammad malam ahad 3 Zulhijjah 132 H dan dikirim kepalnya kepada Asyafah di kuffa dan berakhirlah Daullah Umayah dengan kematiannya pada usia 65 tahun 9 bulan dan beberapa hari.
Faktor-faktor pendorong berdirinya daulah Abbasiyah dan penyebab suksesnya.
- Banyak terjadi perselisihan antara intern bani Umayah pada dekade terakhir pemerintahannya hal ini di antara penyebab: memperebutkan kursi kekhalifaan dan harta.
- Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan bani Umayah, seperti khalifah Yazid bin al-Walid lebih kurang memerintah sekitar 6 bulan.
- Dijadikan putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang di kerjakan oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdullah dan Ubaidillah sebagai putra mahkota.
- Bergabungnya sebagai afrad keluarga Umawi kepada mazhab-mazhab agama yang tidak benar menurut syariah, seoerti Al-Qadariyah.
- Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan bani Umayah.
- Kesombongan pembesar-pembesar bani Umayah pada akhir pemerintahannya.
- Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non-Arab).
Berdirinya daulah abbasiyah didirikan atas dua strstegi: pertama dengan sistem mencari pendudkung dan penyebaran ide secara rahasia, strategi ini sudah berlangsung sejak akhir abad pertengahan hijrah yang dipusatkan di Al-Hamimah, dan yang kedua dengan terang-terangan dan himbauan di forum-forum resmi untuk mendirikan Daullah Abbasiyah berlanjut dengan peperangan melawan Daulah Umayah.[1]
Para Khalifah Abbasiyah
Sebelum Abu-al-Abbas as-Saffah meniggal, ia sudah mewasiatkan siapa bakal penggantinya, yakni saudaranya, Abu ja’far, kemudian Isa ibn Musa, keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu meniru cara umaiyah, bukan mencontoh khulafaurrasidin yang berdasarkan pemilihan khalifah pada musyawarah dari rakyat. Para khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 orang, sebagaiman tercantum di bawah ini.1. Abul Abbas as saffa
2. Abu ja’far al Mansur
3. Abu Abdullah Muhammad al-mahdi
4. Abu Muhammad Musah al-Hadi
5. Abu ja’far Harun ar-Rasyid
6. Abu Musa Muhammad al-Amin
7. Abu ja’far Abdullah al-Makmun
8. Abu Ishaq Muhammad al-Mu’tasim
9. Abu ja’far Harun al-wasiq
10. Abu Fadl ja’far al-Mutwakkil
11. Abu ja’far Muhammad al-Muntasir
12. Abu Abbas Ahmad al-Musta’in
13. Abu Abdullah Muham mad al-Mu’tazz
14. Abu ishaq Muhammad al-muhtadiabu
15. Abu abbas Ahmad al- Mu’tamid
16. Abu abbas Ahmad al- Mu’tamid
17. Abu Muhammad Ali al-Mutafi
18. Abu Fadil Ja’far al-Muktadir
19. Abu Mansur Muhammad al”qahir
20. Abu abbas Ahmad al-Qadri
21. Abu ishk Abdullah al-Mustaqi
22. Abu Qosim Abdullah al-Mustakfi
23. Abu Qosim al-Fadl al-Muti
24. Abu Fadl Abdul karim at-Tai
25. Abu Ahmad al-Qadir
26. Abu ja’far Abdullah al-qaim
27. Abu Abu Qasim Abdullah al-Muqtadin
28. Abu Abbas Ahmad al-Mustazhir
29. Abu Mansur al-Fald al-Mustaryid
30. Abu ja’far al-Mansur ar-Rasyid
31. Abu Abdullah Muhammad al-Muqtafi
32. Abu muzzafar al-Mustanjid
33. Abu Muhammad al-Hasan al-Mustadi’
34. Abu al-Abbas Ahmad an-Nasir
35. Abu Nasar Muhammad az-Zahir
36. Abu ja’far al-Mansur al-Mustansir
37. Abu Ahmad Abdullah al-Musta’sin
Ketika Bangsa Mongol dapat menaklukan Bagdad tahun 656/1258, ada seorang pangeran keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan khilafah dengan gelar khalifah yang berkuasa di bidang keagamaan saja di bawah kekuasaan kaum mampuk di Kairo, Mesir, tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar sultan.
Jabatan khalifah yang di sandang oleh keturunan Abbasiyah di mesir itu akhirnya di ambil oleh Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai Menguasai Mesir 1517, dengan demikian hilanglah khalifah Abbasiyah untuk selama-lamanya.
Sebelum meninggalnya Abu-al-Abbas as-Saffah meninggal, beliau telah mewasiatkan siapa bakal calon penggantinya yakni saudaranya.para khalifah Abbasiyah berjumlah 37 orang.[2]
________________________________________
[1]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indoesia, (Cet IV; Jakarta: Kencana Media Group 2011), hlm. 66.
[2]Ridhwan latuapo, Sejarah Peradaban Islam, (Cet I; Jakarta: PT Hilliana Press 2011), hlm. 64-65.
0 Comments